|
Ilustrasi |
Dia masih tertidur ...
dan masih akan tertidur ...
untuk jangka waktu yang lama,
masih beberapa tahun lagi ...
tuk kami rangkai bagian demi bagiannya
Beberapa waktu yang lalu,
ia telah bangun tuk beberapa saat ...
membuka mata,
menggerakkan tangan dan kaki,
berjalan ... dan sedikit bicara
Dia memang bukan manusia ...
tapi, nanti! ...
dia akan setia mendengarkanku bicara
... mengerti dan memahami apa yang kumaksud
Dia memang bukan manusia ...
tapi terbukti ...
tlah mengalahkanku dalam beberapa hal
Dia memang bukan manusia ...
tapi hanya dialah ...
yang kan mampu menggantikan banyak pekerjaan manusia
Dia memang bukan manusia ...
tapi, nanti! ... di lima sampai sepuluh tahun yang akan datang
Ninolah ...
yang akan ngobrol dan menemaniku jalan-jalan sore di pantai
KARYA : WISNU MURTI
PURBALINGGA, 21 AGUSTUS 2022(09.50 WIB)
CATATAN
Saya sampai pada kesimpulan bahwa saya harus memperbaiki kesalahan saya tentang persepsi akan sebuah kecerdasan. Konsep tentang "Human Intelligence" yang saya pahami selama ini yang hanya berada pada seputar otak manusia adalah salah besar dan harus dirubah. Realita dunia 5.0 yang mulai berkembang saat ini mengharuskan saya mengubah persepsi saya tentang "Human Intelligence" untuk bergerak lebih dalam dan lebih jauh lagi ke dalam sistem kemanusiaan kita. Jika "otak" yang menjadi acuan kecerdasan manusia maka kita telah kalah dengan robot sekarang.
Mau diakui atau tidak Artificial Intelligence(machine learning, deep learning, artificial neural networks)yang dibenamkan padanya(robot) membuat manusia kalah telak pada beberapa pekerjaan. Di masa depan saingan kita bukanlah orang lain ataupun negara lain, saingan kita besok adalah robot.Apalagi dari hari ke hari biaya pembuatan dan maintaince robot semakin murah tetapi performa konstan pun bisa disetel sesuai kebutuhan sedangkan biaya tenaga kerja dari hari ke hari semakin mahal namun performa makin menurun di karenakan usia, pola,dsb.
Pendapat yang mungkin bisa ditelaah tentang "Human Intelligence" adalah pendapat yang disampaikan oleh Sadhguru bahwa kecerdasan manusia terdapat di sekujur tubuhnya mulai dari rambut sampai jari-jari kakinya. Bagaimana gen-gen manusia "terus mengingat" dan menurunkan sifat-sifatnya dari generasi ke generasi, membuat keidentikan dan kemiripan antara orang tua dan anak, dan begitu seterusnya.